Sosok Retno Lestari
Priansari Marsudi bukanlah sosok yang asing, Presiden Joko Widodo menunjuk diplomat
senior Retno LP Marsudi sebagai Menteri Luar Negeri RI 2014-2019, menggantikan
pendahulunya, Marty Natalegawa. Saya ingin memberi gambaran umum seperti apa sih Ibu Retno
Marsudi sehingga dia dipercaya menjadi Menlu perempuan pertama di Indonesia?
Retno Marsudi menjadi
wanita pertama di Indonesia, dan juga Asia Tenggara yang menjabat sebagai
menteri luar negeri. Selain akan mendapat amanat untuk menjalin kerjasama
internasional di sektor kepulauan dan kelautan, bagi Phillip, Retno juga akan
melanjutkan tugas Hassan Wirajuda, menteri luar negeri 2001-2009 yang kala itu
memiliki misi meningkatkan kualitas para diplomat muda Indonesia dengan
memberikan pembinaan pendidikan yang lebih baik.
Dilansir dari laman Wikipedia, Retno
Lestari Priansari Marsudi, lahir di Semarang, Jawa Tengah, 27 November 1962. Ia
adalah Menteri Luar Negeri perempuan pertama di Indonesia yang menjabat dari 27
Oktober 2014 dalam Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo (2014-2019). Sebelumnya
dia menjabat sebagai Duta besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda di Den Haag. Ia
adalah dubes karir termuda dalam sejarah Indonesia, dan terakhir menjabat
sebagai duta besar untuk kerajaan Belanda.
Dalam keseharian, Retno
dikenal sebagai pribadi yang energik, tegas, dan ramah. Sosok Retno oleh rekan-rekannya
di Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda dipandang berwibawa tapi mudah
didekati. Ia dikenal terbuka dengan perubahan. Retno juga memiliki konsep bahwa diplomasi
Indonesia di tingkat internasional akan lebih mengutamakan diplomasi
ekonomi.
Wanita berzodiak
Sagitarius ini menempuh pendidikan menengah di SMA Negeri 3 Semarang dan
merupakan alumni Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Lulusan termuda Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) UGM pada 1985 ini
berasal dari almamater yang sama dengan Jokowi. Bahkan sebelum merampungkan
kuliah, Retno sudah direkrut oleh Departemen Luar Negeri berkat prestasi
akademik yang cemerlang. Presiden
Joko Widodo telah mengenal wanita berumur 52 tahun itu sebagai sosok pekerja
keras, tegas, dan visioner. Latar belakang sebagai diplomat yang kenyang
pengalaman adalah modal besar bagi istri arsitek Agus Marsudi tersebut.
Bagi Retno, dunia
diplomasi sangatlah menarik dan dinamis. Seorang diplomat harus menjalani
mobilitas yang tinggi dan berinteraksi dengan berbagai golongan masyarakat.
“Walaupun saya akui,
ketika profesi ini dipegang seorang wanita, ada tantangan tersendiri, apalagi
bila sudah berkeluarga. Tapi saya sangat menikmati profesi ini,” ujar Retno
mantap.
Sebelum menjadi Menteri
Luar Negeri RI, Retno sudah mulai membangun kariernya sejak tahun 1986 dengan
menjadi staf di Biro Analisa dan Evaluasi untuk kerjasama ASEAN. Wanita yang
memiliki hobi hiking ini pernah menjabat sebagai sekretaris satu bidang ekonomi
di Kedutaan Besar RI di Den Haag, Belanda pada tahun 1997 sampai 2001.
Setelahnya, Retno juga telah mencicipi kursi Direktur Eropa dan Amerika pada
tahun 2001 dan Direktur Eropa Barat pada tahun 2003.
Pada masa pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono, Retno mengemban tanggung jawab untuk menjaga citra
Indonesia di mata dunia serta menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai
negara di Eropa dan Amerika.
Retno diangkat menjadi
Duta Besar Indonesia untuk Norwegia dan islandia pada tahun 2005. Selanjutnya
Retno menjabat sebagai Direktur Jenderal Eropa dan Amerika yang mengawasi
hubungan Indonesia dengan 82 negara di Eropa dan Amerika. Jabatan terakhirnya
sebelum menjadi menteri adalah sebagai Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda
pada tahun 2012. Belanda adalah tempat yang tak asing bagi Retno karena dulu
dia juga mendapatkan gelar magister di Haagse Hoge School Belanda.
Ibu dari dua orang
putra, Dyote Marsudi dan Bagas Marsudi, juga pernah mempelajari studi hak asasi
manusia di Universitas Oslo. Perhatiannya terhadap hak asasi manusia juga
ditunjukkan dengan bergabungnya Retno dalam Tim Pencari fakta pembunuhan Munir
said Thalib pada tahun 2004. Selain itu dikutip oleh VIVAnews, Retno juga
berpengalaman sebagai utusan khusus presiden untuk masalah Aceh (2004) dan
Moratorium Utang (2005).
Retno pernah
berkesempatan memimpin berbagai negosiasi multilateral dan konsultasi bilateral
dengan Uni Eropa, ASEM, dan FEALAC. Prestasi lain yang pernah diterima Retno
adalah penghargaan Order of Merit dari Raja Norwegia pada Desember 2011. Penghargaan
diberikan atas kontribusi luar biasa Dubes Retno dalam memperkuat dan
meningkatkan hubungan bilateral Indonesia dengan Belanda dan juga dengan media
Belanda. Sehari sebelumnya, Dubes juga telah menerima anugerah penghargaan
tertinggi Ridder Grootkruis in de Orde van Oranje-Nassau dari Kepala
Negara Raja Willem-Alexander di Istana Noordeinde, Den Haag.
Kinerja yang apik dan segudang prestasi
yang telah diperoleh Ibu Retno Marsudi memberi ketertarikan sendiri untuk
masyarakat mengenal lebih dekat siapa sosok menteri yang ikut membangun
Indonesia kini, termasuk saya secara pribadi. Bagi saya sebagai mahasiswi dan
calon pemimpin bangsa dikemudian hari, sosok Ibu Retno seperti menambah satu
lagi barisan wanita hebat yang turut memberikan kontribusi nyata bagi negara.
Ia dikenal sebagai diplomat yang profesional dan kompeten dalam bidangnya namun
tak melupakan kodratnya sebagai seorang ibu yang selalu mendidik anak-anaknya
untuk mandiri. Tantangan demi tantangan dalam menjalankan amanah rakyat selalu dijalankan
sepenuh hati berkat dukungan keluarga tersayang. Hal tersebut yang semakin
menginspirasi saya sebagai tunas muda untuk semakin aktif berkontribusi bagi
bangsa dan negara tanpa memandang adanya perbedaan gender.
PENDIDIKAN
- SMA Negeri 3 Semarang
- S1 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
- S2 Hukum Uni Eropa, Haagse Hogeschool, Belanda
- Studi hak asasi manusia di Universitas Oslo
KARIR
- Sekretaris satu bidang ekonomi di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda (1997-2001)
- Direktur Eropa dan Amerika (2001)
- Direktur Eropa Barat (2003)
- Duta Besar Indonesia untuk Norwegia dan Islandia (2005)
- Direktur Jenderal Eropa dan Amerika, yang bertanggung jawab mengawasi hubungan Indonesia dengan 82 negara di Eropa dan Amerika
- Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda (2012)
- Menteri Luar Negeri Indonesia (2014)
PENGHARGAAN
- Penghargaan Order of Merit dari Raja Norwegia pada Desember 2011
- Penghargaan tertinggi Ridder Grootkruis in de Orde van Oranje-Nassau dari Kepala Negara Raja Willem-Alexander
- Memimpin berbagai negosiasi multilateral dan konsultasi bilateral dengan Uni Eropa, ASEM (Asia-Europe Meeting) dan FEALAC (Forum for East Asia-Latin America Cooperation)
0 komentar:
Posting Komentar